FKIP – Permasalahan banjir yang ada di Indonesia tak kunjung teratasi. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada periode 2010-2020 kejadian bencana di Indonesia hampir mencapai 25.972 kali. Berdasarkan data tersebut, bencana banjir masih mendominasi kejadian bencana yang terjadi di Indonesia dan sangat berkaitan dengan risiko tenggelam.
Berdasarkan hal tersebut, Tim Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berupaya memberikan solusi dalam hal kemitigasian kecelakaan air.
Tim PKM-K yang terdiri atas Andian Hidayat (Pendidikan Geografi 2018) sebagai ketua tim, serta beranggotakan Ajeng Pangesti (Pendidikan Geografi 2018), Ava Ananda Gitaloka (Pendidikan Bahasa Jawa 2018), Rahma Surya Kusuma Putri (Pendidikan Bahasa Jawa 2018), dan Toni Pranada (Pendidikan Geografi 2019) melihat permasalahan tersebut kemudian mengusung konsep celana apung melalui judul “Inovasi Celana Apung Waterproof sebagai Mitigasi Kondisi Darurat di Dalam Air Sekaligus Upaya Pengenalan Budaya Batik Nusantara (Batik Floating Pants)”.
Tim PKM-K Celana Apung memperoleh pendanaan maksimal pada gelaran PKM tahun 2021. Setelah memperoleh pendanaan, tim PKM-K Celana Apung langsung melakukan proses produksi yang mana saat ini sudah selesai dilakukan dan sekarang akan mulai dipasarkan.
Ide pembuatan celana apung ini disambut baik oleh Kepala Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Geografi.
“Celana apung menjadi ide yang cemerlang terkait mitigasi bencana banjir di Indonesia karena banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi. Pada tahun 2020 ada 1.518 kejadian dengan cakupan wilayah yang luas dan korban yang terdampak juga banyak. Adanya inovasi celana apung bukan hanya berpotensi untuk mengurangi risiko tenggelam, akan tetapi juga menjadi peluang untuk variasi baru pariwisata air”, kata Dr. Yasin Yusup, M.Si., Kaprodi Pendidikan Geografi FKIP UNS.
Selain itu, keunikan dari produk celana apung ini adalah penggunaan motifnya. Motif batik megamendung mengandung makna melindungi dan mengayomi. Penggunaan motif batik tersebut ternyata juga mendapat apresiasi dari Kaprodi Pendidikan Bahasa Jawa.
“Pemilihan motif batik megamendung dalam produk celana apung dapat menjadi salah satu sarana pengenalan dan pelestarian warisan budaya adiluhung. Hal itu merupakan langkah yang sangat bagus”, kata Dr. Djoko Sulaksono, S.Pd., M.Pd., Kaprodi Pendidikan Bahasa Jawa FKIP UNS.
Cara kerja celana apung ini memerlukan beberapa langkah. Langkah pertama adalah membuka katup udara yang terdapat di samping badan celana. Kedua, meniup beberapa kali hingga gelembung pelampung benar-benar menggelembung secara maksimal mengisi seluruh ruang kosong di dalam celana apung. Ketiga, setelah gelembung pelampung terisi udara, segera tutup katup udara dengan rapat. Terakhir, celana apung dapat digunakan untuk mengapung di atas air.
Celana apung in juga bersifat waterproof dan windproof yang dapat digunakan sebagai celana pada umumnya dan bisa dikembangkan dalam keadaan darurat maka bersifat fleksibel. Juga, mempunyai katup udara untuk memudahkan penggembungan dan mempunyai sistem double layer, serta mempunyai corak batik khas Nusantara.
Adapun, dosen pembimbing tim PKM-K Celana Apung yaitu Lintang Ronggowulan, S.Pd., M.Pd. menyatakan bahwa inovasi celana apung sangat bermanfaat melihat kondisi Indonesia yang sering dilanda banjir. Andian sebagai ketua tim berharap agar inovasi celana apung ini dapat menyumbang emas bagi UNS.
“Pada bulan Agustus diagendakan sudah bisa dirilis produk celana apung dan semoga karya PKM-K ini bisa menyumbang medali emas di pagelaran PIMNAS 34 kelak”, tandas Andian.
Reporter : Aulia Anjani
Editor: Zalfaa Azalia Pursita
https://fkip.uns.ac.id/
https://www.instagram.com/fkipuns.official/
#fkipuns
#fkipbagus
#uns
#universitassebelasmaret
#unsbisa
Artikel Mahasiswa UNS Berinovasi Menciptakan Celana Apung Batik sebagai Upaya Mitigasi Kondisi Darurat pertama kali tampil pada FKIP UNS.