HUMAS FKIP – Program Magister (S-2) Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sukses menyelenggarakan acara Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2022 pada Sabtu (15/10/2022). Mengusung tema “Dinamika Pembelajaran Sains dalam Kurikulum Merdeka”, seminar digelar secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting.
Seminar diawali dengan sambutan oleh Dr. Sarwanto, S. Pd., M. Si. selaku Kepala Program Studi (Kaprodi) S-2 Pendidikan Sains FKIP UNS. Dalam sambutannya, ia berharap peserta dalam seminar ini dapat memahami implementasi pembelajaran sains dalam kurikulum merdeka secara baik. Setelah itu, seminar dibuka langsung oleh Prof. Dr. Slamet Subiyantoro, M. Si. selaku Wakil Dekan Akademik, Riset, dan Kemahasiswaan FKIP UNS. Dalam sambutannya, Prof. Slamet menegaskan pentingnya pemahaman terkait implementasi pembelajaran sains dalam kurikulum merdeka.
“Seminar ini dilatarbelakangi adanya perubahan Kurikulum 2013 menjadi Kurikulum Merdeka yang turut mempengaruhi praktik pembelajaran sains di sekolah. Sehingga perlu ada informasi lebih lanjut mengenai dinamika pembelajaran sains dalam kurikulum merdeka. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai calon guru juga perlu diberikan pemahaman terkait implementasi pembelajaran sains dalam kurikulum merdeka yang baik dan benar,” tegas Prof. Slamet.
Dimoderatori oleh Dr. Bramastia, M. Pd. selaku Dosen Program S-2 Pendidikan Sains FKIP UNS, seminar tersebut menghadirkan 2 narasumber. Narasumber pertama adalah Prof. Drs. I Wayan Subagia, M. App. Sc., Ph. D. Ia merupakan Dosen Program S-2 Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja. Dalam pemaparannya, ia menjelaskan mengenai peran Kurikulum Merdeka dalam melengkapi Kurikulum 2013.
“Implementasi Kurikulum 2013 selama ini masih mengalami berbagai permasalahan seperti kuantitas materi pembelajaran banyak, pembelajaran kurang bermakna, pembangunan karakter kabur, dan kemandirian belajar rendah. Oleh sebab itu, disusunlah kurikulum merdeka yang memberi solusi berupa pengurangan materi pembelajaran, peningkatan kualitas pembelajaran, pembangunan karakter pancasila, dan peningkatan kemandirian peserta didik,” terang Prof. Subagia.
Lebih lanjut, Prof. Subagia juga menjelaskan potensi dalam peserta didik. Ia menjelaskan bahwa peserta didik memiliki potensi berupa potensi badan, potensi belajar, dan potensi bekerja yang harus dilihat secara kasat mata dan diberdayakan di dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sains. Potensi badan terdiri dari badan fisik, badan mental, dan badan penyebab. Selanjutnya, badan mental meliputi pikiran, emosi, dan energi. Kemudian, badan penyebab meliputi jiwa/roh/atma
Pada akhir pemaparannya, ia menegaskan bahwa pembelajaran sains harus berfokus supaya peserta didik mendapatkan kompetensi yang dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga berpesan agar peserta didik untuk memiliki pondasi karakter yang memuat nilai-nilai Pancasila.
“Bahwa pembelajaran sains harus berfokus supaya peserta didik mendapatkan kompetensi yang dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran memiliki tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan sesuai dengan jenjang pendidikan serta menggunakan ilmu pengetahuan sesuai dengan profesi atau pekerjaan. Pendidikan dasar seperti calistung harus diperkuat karena menjadi pondasi untuk kemampuan selanjutnya seperti kemampuan berpikir kritis. Generasi dengan kemampuan dasar yang belum kuat menjadi rentan terhadap pengaruh hoax. Selain itu, penting bagi peserta didik untuk memiliki pondasi karakter yang memuat nilai-nilai Pancasila,” kata Prof Subagia.
Pembicara kedua adalah Prof. Dr. H. Ari Widodo, M. Ed. selaku Dosen Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia menjelaskan materi mengenai capaian pembelajaran, profil pelajar Pancasila, pemahaman, dan keterampilan proses. Ia mengatakan bahwa guru seharusnya tidak hanya merumuskan tujuan pembelajaran operasional, tetapi juga haeus mengembangkan tujuan disposisional dan tujuan spiritual.
“Saat ini, guru biasanya hanya merumuskan tujuan pembelajaran operasional yang berkaitan dengan materi pembelajaran, padahal sebaiknya harus dikembangan juga terkait tujuan disposisional dan tujuan spiritual,” kata Prof. Ari.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan mengenai pembelajaran inkuiri. Ia mengatakan bahwa pembelajaran sains memang tidak diwajibkan dengan inkuiri, tetapi dengan inkuiri peserta didik dapat lebih memaknai materi pembelajaran.
“Pembelajaran inkuiri yang dapat menunjang pembelajaran sains dalam kurikulum merdeka. Inkuiri perlu dilakukan dalam bentuk projek karena membutuhkan waktu yang lama. Selanjutnya, hasil dari inkuiri perlu dipublikasikan dan tidak hanya terbatas dengan cara peserta didik melakukan presentasi di depan kelas, tetapi lebih dari itu. Projek dalam inkuiri harus menghasilkan produk berupa pengetahuan. Pembelajaran sains memang tidak diwajibkan dengan inkuiri, tetapi dengan inkuiri peserta didik dapat lebih memaknai materi pembelajaran.” kata Prof. Ari.
.
Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Seminar SNPS 2022 ini kemudian diakhiri dengan sesi dokumentasi bersama.
Reporter: Rosantika Utami
Editor: Aulia Anjani
https://fkip.uns.ac.id/
https://instagram.com/fkipuns.official/
#fkipuns
#fkipbagus
#uns
#unsbisa
Artikel Prodi Magister Pendidikan Sains Sukses Gelar SNPS 2022 pertama kali tampil pada FKIP UNS.