FKIP — Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar pementasan drama yang biasa dikenal dengan “Pentas Penyutradaraan” pada Rabu (14/12/2022). Pementasan ini digelar di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah (TA TBJT), Kota Surakarta.
Pentas penyutradaraan merupakan acara pementasan drama yang rutin digelar oleh Prodi PBSI FKIP UNS setiap tahunnya. Pementasan ini dilakukan oleh mahasiswa semester 5 PBSI FKIP UNS sebagai produk dari mata kuliah Penyutradaraan. Pada tahun 2022, pementasan digelar oleh Teater Kendil Prodi PBSI FKIP UNS.
Persiapan pementasan dilakukan selama satu semester atau kurang lebih empat bulan dari bulan September sampai Desember. Dalam proses persiapan, mereka didampingi oleh Dosen Mata Kuliah Penyutradaraan PBSI FKIP UNS, yaitu Budi Waluyo, S.S., M.Pd. dan Dr. Sugit Zulianto, M.Pd. Setelah diberikan pengantar oleh kedua dosen tersebut, mereka mempersiapkan pementasan secara mandiri dengan membentuk pengeorganisasian kegiatan berupa tim produksi hingga pemain peran untuk pementasan namun dengan tetap ada pengawasan dan pengawalan dari dosen pengampu.
Dihubungi oleh tim jurnalis fkip.uns.ac.id pada Rabu (11/1/2023), Andrian Febrianto selaku Pimpinan Produksi Penyutradaraan 2022 mengatakan bahwa pentas penyutradaraan ini bertujuan untuk mengasah minat, bakat, dan keterampilan mahasiswa dalam bidang seni drama.
“Secara umum pementasan ini bertujuan untuk mengasah minat, bakat, dan keterampilan mahasiswa dalam bidang seni drama, utamanya karena ini dari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang masih relevan dengan hal tersebut. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk mengenalkan mata kuliah Penyutradaraan dengan praktik nyata menyelenggarakan sebuah pementasan drama,” jelas Andrian.
Tema yang diusung dalam Pentas Penyutradaraan 2022 adalah “Katastrofe: Perihal Nyai, Segala Kehormatan, dan Legitimasinya”. Katastrofe berarti bencana, musibah, atau malapetaka. Mereka mengusung tema tersebut karena berkenaan dengan naskah yang dibawakan, yaitu Nyai Ontosoroh karya R. Giryadi yang diadaptasi dari Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Dalam naskah ini, Sanikem selaku tokoh utama harus menerima takdir menjadi gundik di usia remaja dan harus menjalankan kehidupan yang penuh ketidakadilan. Maka dari itu, Katastrofe ini merupakan kiasan dan perlambangan dari kisah Sanikem atau Nyai Ontosoroh tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Andrian turut menjelaskan alasan pemilihan naskah tersebut.
“Kami memilih naskah ini karena ceritanya cukup menarik dan diangkat dari novel terkenal. Nilai yang terkandung di dalamnya juga menjadi alasan kami memilih naskah ini, di mana naskah ini mengajarkan kegigihan seorang perempuan dalam mempertahankan kehormatannya. Secara teknis, dengan memilih naskah ini kebutuhan pemain dalam pementasan bisa tercukupi,” jelas Andrian.
Pada akhir sesi wawancara, Andrian mengungkapkan harapannya terhadap pentas penyutradaraan ini.
“Kami berharap segala kekurangan dan evaluasi dari pementasan ini bisa menjadi catatan tersendiri untuk adik-adik tingkat kami agar bisa menyelenggarakan pementasan berikutnya dengan lebih baik lagi. Pementasan ini harus terus terlaksana karena bisa menjadi ajang untuk menunjukkan bahwa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS berkomitmen untuk melestarikan kesenian dan mewadahi mahasiswanya untuk mengekspresikan diri melalui seni,” harap Andrian.
HUMAS FKIP
Reporter: Rosantika Utami
Editor: Zalfaa Azalia Pursita
https://fkip.uns.ac.id/
https://instagram.com/fkipuns.official/
#fkipuns
#fkipbagus
#uns
#unsbisa
Artikel Kilas Balik Pentas Penyutradaraan Prodi PBSI FKIP UNS, dari Kehormatan hingga Legitimasi Perempuan pertama kali tampil pada FKIP UNS.